Abah Ilin Dasyah: Iket Sunda Di Kampung Adat Cikondang

Dipublikasi oleh:

Abah Ilin Dasyah (Kiri: Kasepuhan Kampung Adat Cikondang Bandung)

Kain yang dipakai sebagai penutup kepala yang mengandung arti ikatan (Beungkeutan), sa-Iket-an, sa-Beungkeut-an, yang bentuk dasarnya adalah persegi empat (wangun juru opat) sa-Beungkeutan dalam kehidupan, sa-Iketan dalam kebijakan. Berfungsi sebagai penutup kepala secara fisik, namun arti lain adalah untuk menutup dan melindungi kepala (mustika didalam mastaka) secara batiniah.

Dalam bentuk dasar iket yang persegi (juru opat) 4 sisi dan 1 bidang kotak pada tengahnya (Modang), dengan posisi diagonal, terkandung makna :

1.    Opat kalima Pancer (Api, Air, Tanah, Angin, dan Diri)
2.    4 Sahabat (juru opat) dan 5 adalah Rasulallah (bagian tengahnya)
3.    4 Madhab
4.    Bentuk dasar Ka’bah.

Ketika Iket dilipat menjadi segitiga (juru 3) yang mengandung arti: Tritangtu

1.    Adat Istiadat
2.    Agama
3.    Kepemerintahan

Berdasarkan Kirata Tritangtu dari Kasepuhan Ilin Dasyah (kira kira nyata)

1.    Adat = Asal Diri Adam Turunan
2.    Agama = Aturan Gawe Manusa
3.    Darigama = Kepemerintahan; Pamenta cumponan, Parentah Lakonan, Panyaur Temonan.

Atau terdapat juga 3 Nur:

1.    Nur Allah
2.    Nur Adam
3.    Nur Muhammad

Untuk di Kampung Adat Cikondang itu sendiri tidak ada penggolongan dalam motif atau corak iket, baik itu untuk Kucen, kepala Adat, sesepuh atau para penerus, bebas untuk memilih atau memakainya, dan tidak ada rupa iket khusus dalam pelaksanaannya. Bahkan terkadang mereka juga mendapatkannya dari pemberian para tamu yang datang, namun dalam pemakaian iket ini harus mengenal Wanci (waktu):

1.    Peci digunakan Wanci masamoan (menghadapi) terhadap tamu (umum)
2.    Iket digunakan Wanci masamoan (menghadapi) terhadap Adat : Seren taun (Mitembeyan Tandur, Mitembeyan dibuat, Hajat Solokan, Hajat Paralon,Hajat Lembur, dsb.

Namun tidak menutup kemungkinan juga, ketika menghadapi tamu dalam pelaksanaanya menggunakan Iket. Dikampung Adat Cikondang, ketika ada ada hajat lembur, Iket dipakai dan tidak ada rupa Iket yang ditentukan dalam penerapannya. Iket dikampung Cikondang, atas sepengetahuan sesepuh Abah Ilin, beliau mengingat sejak Anom Idil (Kuncen ke-3), iket dipakai oleh kuncen Kampung Adat dan tidak menutup kemungkinan sejak kuncen ke-1, Ma Empuh (Mama Sepuh) kemudian Mama Akung, sudah menggunakan Iket dalam kesehariannya di Kampung Adat Cikondang ini.

Rupa Iket atas sepengetahuan dari Abah Ilin Dasyah dikenal ada 3 rupa Iket yaitu:

1.    Barangbang Semplak
2.    Paros Jengkol
3.    Kole Nyangsang

Arti yang lain ketika seseorang menggunakan Iket maka haruslah ber-elmu masagi, yang dulunya kurang baik maka sekarang haruslah lebih baik, dan ketika menginjak umur 40 tahun, disitulah segala hal yang telah kita lakukan harus beradaptasi dengan ilmu masagi/pasagi/ 4 sisi / juru opat, yang secara lahiriah adalah saatnya untuk berubah menjadi lebih baik, meninggalkan semua hal yang kurang baik.

Iket bisa menjadikan kepala menjadi satu kepalan, dan Iket juga mengepal alam dunya (Kepala), ketika kita menggunakan iket alam dunia kita yang berada dalam kepala akan tertutupi (karungkup).

Dalam hal berpakaian serta dari sisi warna yang dikenal oleh Kampung Adat Cikondang ini adalah:

1.    Putih = yang mengandung arti Air / banyu = Ibun, Talaga, Walungan, Laut.
2.    Hitam = yang mengandung arti Bumi = Keusik, Batu, Taneuh, Leutak, dst.
3.    Merah = yang mengandung arti Api / Geni = Panon poe, Minyak Bumi, Gas, Kawah, dst.
4.    Kuning = yang mengandung arti Angin / Bayu = Halimun, Awan, Angin, Udara.

Baju berwana putih yang artinya adalah suci dan bersih pikiran, mengetahui akan baik dan tidak baik, juga antara bagus dan kurang bagus dalam makna kesehariannya.

Celana hitam (hideung) : atinya hideng ( tanpa harus diperintah ) taat terhadap aturan Tritangtu (Adat, Agama, Darigama).


Ikuti Media Sosial Kami!

Social Media Widget SM Widgets




Iket Sunda Kiwari Updated at: 11.35.00

0 comments:

Posting Komentar